Monday, April 14, 2008

Sang Alkemi

Pernahkah anda mendengar istilah Alkemi? Alkemi dikenali sebagai sebuah ilmu yang mampu mengubah besi menjadi emas. Dalam banyak-banyak kisah, beberapa orang menganggapnya sebagai sebuah sihir belaka, tetapi yang lain percaya bahawa ilmu itu benar-benar ada. Dan, siapa yang tak tergiur untuk boleh menguasai ilmu alkemi? Hanya dengan kemampuan alkemi, ia boleh mengubah besi menjadi emas dan tentu menjadi kaya-raya.

Alkisah, di sebuah negara di Timur ada seorang Raja yang hendak mencari orang yang benar-benar mengerti tentang alkemi. Sudah banyak orang datang pada Raja, tetapi ketika diuji, mereka ternyata tidak mampu mengubah besi menjadi emas.

Suatu ketika seorang menteri berkata pada Raja bahawa di sebuah desa terdapat seseorang yang hidup sederhana dan bersahaja. Orang-orang di sana mengatakan bahwa ia menguasai ilmu alkemi. Segera saja Raja mengirimkan utusan untuk memanggil orang itu. Sesampainya di istana, Raja mengutarakan maksudnya ingin mempelajari ilmu alkemi. Raja akan memberikan apa yang diminta oleh orang itu.

Tetapi apa jawab orang desa itu, "Tidak. Saya tidak mengetahui sedikit pun ilmu yang Baginda maksudkan."

Raja berkata, "Setiap orang memberitahu aku bahawa engkau mengetahui ilmu itu."

"Tidak, Baginda," jawabnya berkeras. "Baginda mendapatkan orang yang keliru."

Raja mulai murka dan mengancam.

"Dengarkan baik-baik!" kata Raja. "Bila kau tak mau mengajariku ilmu itu, aku akan memenjarakanmu seumur hidup."

"Apa pun yang Baginda hendak lakukan, lakukanlah. Baginda mendapatkan orang yang keliru"

"Baiklah. Aku memberimu waktu enam minggu untuk memikirkannya. Dan, selama itu kau akan dipenjara. Jika pada akhir minggu ke enam kau masih berkeras hati, aku akan memenggal kepalamu."

Akhirnya orang itu dimasukkan ke dalam penjara. Setiap pagi Raja datang ke penjara dan bertanya, "Apakah kau telah berubah fikiran? Maukah kau mengajariku alkemi? Kematianmu sudah dekat, berhati-hatilah. Ajarkan aku pengetahuan itu."

Orang itu selalu menjawab, "Tidak Baginda. Carilah orang lain. Carilah orang lain yang memiliki apa yang Baginda inginkan, saya bukanlah orang yang Baginda cari."

Setiap malam ada seorang pelayan yang melayani orang itu dalam penjara.

Pelayan itu berkata bahwa Raja mengirimnya untuk melayani orang itu sebaik-baiknya. Pelayan itu menyapu lantai serta membersihkan ruangan penjara itu. Pelayan itu juga selalu menghantarkan makanan dan minuman untuk orang itu, memberikan simpati kepadanya, melakukan apa saja yang diminta oleh orang itu, dan bekerja apa saja selayaknya seorang pelayan.

Pelayan itu selalu menanyakan, "Apakah anda sakit? Apakah ada sesuatu yang dapat saya lakukan untuk anda? Apakah anda lelah? Bolehkah saya membersihkan tempat tidur anda? Mahukah anda bila saya mengipaskan anda hingga anda tertidur, udara di sini panas sekali."

Dan, segala sesuatu yang pelayan itu boleh lakukan, maka ia lakukan saat itu juga.

Hari terus belalu. Dan, kini tinggal satu hari lagi sebelum kepala orang itu dipenggal.

Pagi hari Raja mengunjungi dan berkata, "Waktumu tinggal sehari. Ini kesempatan bagimu untuk menyelamatkan nyawamu sendiri."

Tetapi orang itu tetap saja berkata, "Tidak Baginda. Yang Baginda cari bukanlah hamba."

Pada malam hari, sebagaimana biasa pelayan itu datang. Orang itu memanggil pelayan itu untuk duduk dekat dirinya kemudian diletakkan tangannya di bahu pelayan itu dan berkata, "Wahai orang yang malang. Wahai pelayan yang malang. Engkau telah berlaku sunguh baik terhadap diriku. Kini aku akan membisikkan di telingamu sebuah kata tentang alkemi. Sebuah kata yang akan membuatmu mampu mengubah besi menjadi emas."

Pelayan itu berkata, "Aku tak tahu apa yang kau maksudkan dengan alkemi. Saya hanya ingin melayani anda. Saya sungguh sedih bahawa besok anda akan dihukum mati. Itu sungguh mengoyak hatiku. Saya harap saya boleh memberikan jiwa saya untuk menyelamatkan anda. Seandainya saya boleh, sungguh saya sangat bersyukur."

Sang alkemi menjawab, "Lebih baik aku mati daripada memberikan ilmu alkemi ini kepada orang yang tidak layak menerimanya. Ilmu yang baru saja aku berikan kepadamu dalam simpati, dalam penghargaan, dan dalam cinta, tak akan kuberikan kepada Raja yang akan mengambil nyawaku besok. Mengapa demikian? Karena engkau patut menerimanya, sedangkan Raja itu tidak."

Esok harinya, Raja memanggil sang alkemi dan memberikan peringatan terakhir.

"Ini adalah kesempatan terakhirmu. Kau harus mengajarku ilmu alkemi, jika tidak lehermu harus dipenggal."

Sang alkemi menjawab, "Tidak Baginda, anda mendapatkan orang yang keliru."

Raja pun, "Baiklah. Aku putuskan kau untuk bebas, kerana kau telah memberikan alkemi itu padaku."

Sang alkemi keheranan, "Kepadamu? Saya tidak memberikannya pada Baginda Raja. Saya telah memberikannya pada seorang pelayan."

"Tahukah kau, bahawa orang yang melayanimu setiap malam adalah aku," jawab sang Raja.

Renungan Editor:

Banyak orang menginginkan emas dalam hidupnya dengan mempelajari alkemi. Tetapi saat ia mencapai tujuannya, bukan emas yang ia temukan, justeru ia sendiri menjadi emas itu.

Diadaptasi dari: Hazrat Inayat Khan

Sumber: Spiritual Dimensions of Psychology

No comments: