Monday, April 14, 2008

Emas Atau Loyang

Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang sufi yang termasyhur bernama Zun-Nun.

Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, "Guru, saya belum faham mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian seadanya, amat sangat sederhana. Bukankah di zaman ini berpakaian cantik amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk banyak hal lain."

Sang sufi hanya tersenyum, dia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Orang muda, akan ku jawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Cubalah, bolehkah kamu menjualnya dengan harga satu keping emas."

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini boleh dijual seharga itu."

"Cubalah dulu orang muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Dia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada pedagang-pedagang yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli dengan harga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.

Ia kembali berjumpa Zun-Nun dan melaporkan, "Guru, tak seorang pun yang berani menawarkan lebih dari satu keping perak."

Zun-Nun, sambil tetap tersenyum, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke kedai emas di belakang jalan ini. Cuba tunjukkan kepada pemilik kedai atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana dia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke kedai emas yang dimaksudkan. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melaporkan, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sebenarnya cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh para pedagang di pasar."

Zun-Nun tersenyum simpul sambil menerangkan, "Itulah jawapan atas pertanyaanmu tadi wahai orang muda. Seseorang tak boleh dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas". Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya boleh dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke dalam jiwanya, diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu memerlukan usaha dan masa wahai orang mudaku. Kita tak boleh menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

No comments: