Monday, April 14, 2008

Pawang Ular Dan Ular Sawa

Alkisah, seorang pawang ular ternama pergi ke sebuah daerah pergunungan untuk menangkap ular dengan kepakarannya. Saat itu, salji turun dengan sangat lebat. Pawang itu pun mencari ke setiap sudut gunung untuk menemukan ular yang besar. Setelah beberapa lama, akhirnya dia menemukan bangkai ular sawa yang sangat besar.

Pawang itu amat gembira dan dia ingin membanggakan hasil tangkapannya di hadapan seluruh penduduk kota. Dia membungkus ular sawa itu dan membawanya ke kota Baghdad untuk dipertontonkan. Turunlah dia dari gunung dengan menyeret ular sawa sebesar tiang istana. Dia sampai di kota dan segera menceritakan kehebatannya kepada setiap orang yang dia temui. Dia berkata bahawa dia telah bergomol dan berkelahi habis- habisan sampai ular sawa itu mati di tangannya.

Masalahnya, ternyata ular sawa itu tidak benar-benar mati. Ia hanya tertidur kerana kedinginan akibat salji yang sangat tebal. Si pawang tak mengetahui hal ini. Dia malah mengadakan pertunjukan untuk umum di tepian sungai Tigris. Berduyun-duyun orang datang dari seluruh penjuru kota untuk melihat pemandangan luar biasa; seekor ular sawa dari gunung yang mati di tangan seorang pawang ular.

Semua orang mempercayai cerita pawang ular itu dan mereka tak sabar ingin melihat binatang besar ini. Semakin banyak pengunjung, semakin besar pula pendapatan yang didapati oleh sang pawang. Oleh sebab itu, pawang itu menunggu lebih banyak orang yang datang sebelum dia membuka bungkusan ular sawanya. Dalam waktu singkat, tempat itu sesak dipenuhi para pengunjung. Sang pawang lalu mengeluarkan ular sawa itu dari kain wol yang membalutnya selama perjalanan dari gunung.

Meskipun ular sawa itu diikat kuat dengan besi, sinar matahari Irak yang terik telah menerpa bungkusan ular sawa itu selama beberapa jam, dan kehangatan itu mengalirkan kembali darah di tubuh ular. Perlahan- lahan, sang ular sawa terbangun dari tidurnya yang panjang. Begitu ular sawa itu bangun, ia segera meronta dari ikatan besi yang melilitnya. Para penonton menjerit ketakutan. Mereka bertempiaran lari ke berbagai arah dengan paniknya. Kini, ular sawa itu telah lepas dari ikatannya. Banyak orang terbunuh dan cedera kerana peristiwa ini.

Si pawang ular berdiri terpaku ketakutan. Ia menjerit-jerit, "Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Apa yang telah aku bawa dari gunung?"

Ular sawa lalu melahap sang pawang dalam sekali telan. Dengan cepat ia menyedut darahnya dan meremukkan tulang-tulangnya seperti ranting- ranting kering.

MORAL KISAH INI:

Ular sawa adalah lambang nafsu lahiriah. Bagaimana matinya ular itu?

Nafsu hanya dapat beku dengan penderitaan dan kekurangan. Berilah nafsu itu kekuatan dan hangatnya sinar matahari, maka ia akan terbangun. Biarkan ia beku dalam salju dan ia takkan pernah bergerak. Namun bila kau melepaskannya dari ikatan, ia akan melahapmu bulat-bulat. Ia akan meronta liar dan menelan semua hal yang ia temui. Kecuali kau sekuat Nabi Musa dengan tongkat mukjizatnya, ikatlah selalu nafsumu dalam lilitan keimanan.

No comments: